Parlahan romantisme senandung sunyi mengalun medu bagai kecapi
mengiringi malam melantunkan kidung-kidung asmara
meski kadang terasa beku dan ingin menusuk rulung hati
Dikau rindu yang turun menyapa
seperti laksamana embun yang turun dari langit malam
menggentarkan titik-titik kebekuan dari jenuhnya malam hingga sampai ke
ulu hati insan perindu
kau menebar ras kerinduan yang tak biasa,
kau seprti menabur aroma luka kepada pewaris rindu seperti dia yang kini
tengah terisak mengobati luka, kerinduan telah menggema mengikuti hampit
setiap waktunya bagai simpony elegi para pujangga
Di hanya seorang insan perindu,
menjadi perindu yang bertandang menemui malam sudah biasa baginya
Raut kesedihan terpencar di wajahnya dan kegundahan hati membuatnya
terlihat begitu lemah dalam mencari keteguhan hati yang merantai rasa
kerinduannya, dengan tegar ia mencoba kembali menguatkan pilar-pilar
hatinya, namun terkadang ia bertekuk lutu ketika mumcul beratnya beban kerinduan itu,
seakan tak kuasa ia menahan.
Seperti semu yang seakan mengabur untuk selamanya,
kini ia hanya sebentuk hati yang warnanya tak lagi sama dan seakan ia tak
lagi ada di ruang yang sama yang pernah ia tempati dahulu.
Begitulah ia mamaknai sendirinya hatinya..
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar di blog Indahnya Berpuisi semoga bermanfaat..dan komentar apapun kami hargai selama masih batas kewajaran...